Tujuan Blog ini hanya saling bertukar informasi dan pengetahuan -herman diansyah Nusa Jaya-Manggelewa-Dompu-NTB

Jumat, 15 Maret 2013

SEJARAH LAHIRNYA HARI JADI DOMPU


Berbicara soal sejarah lahirnya sebuah daerah, adalah sesuatu yang menarik. Demikian pula sejarah lahirnya hari jadi Dompu, sudah sering dibicarakan oleh berbagai kalangan, baik melalui rapat, seminar, diskusi maupun lewat media masa. Penetapan hari jadi Dompu dimulai sejak pemerintahan bupati Dompu drs. H. Umar yusuf, msc sejak tahun 1989 / 1994 hingga periode pertama pemerintahan bupati Dompu h.abubakar ahmad, sh tahun 2000 – 2005.

1. Periode pemerintahan bupati Dompu drs. H. Umar yusuf. M.sc (1989 – 1994).
Pada periode tersebut sudah mulai dibicarakan secara serius tentang perlunya mencari dan menetapkan hari jadi Dompu. Maka berbagai pihak telah menyepakati dan menetapkan tanggal 12 september 1947 sebagai hari jadi Dompu. Kesepakatan dan penetapan tersebut, berdasarkan suatu penilaian, bahwa tanggal 12 september 1947 merupakan saat pengangkatan sultan Dompu terakhir, yaitu sultan m. Tajul arifin sirajuddin, sebagai kepala daerah swapraja, oleh berbagai kalangan dapat dipandang sebagai tonggak sejarah, namun masih diperdebatkan oleh banyak pihak, walaupun sudah sempat diperingati untuk pertama kalinya pada tanggal 12 september 1993,namun penetapan hari jadi Dompu tanggal 12 september 1947 mentah kembali.
2. Periode i pemerintahan bupati Dompu h. Abubakar ahmad, sh (2000 – 2005).
Pada periode ini penelusuran, dan pembahasan hari jadi Dompu diungkap kembali. Pada hari rabu tanggal 15 agustus 2001 di gedung sama ngawa Dompu diadakan seminar sehari diikuti oleh berbagai kalangan masayarakat (birokrat, tomas, toga, tokoh pemuda ) baik yang ada di Dompu maupun yang ada diluar Dompu dengan tujuan mencari, menelusuri , merumuskan dan menetapkan hari jadi Dompu.
Melalui keputusan bupati Dompu nomor 172 tahun 2001 membentuk tim perumus hari jadi Dompu. Tim bekerja dengan menggali berbagai dokumen dan mendengarkan berbagai informasi, telah merumuskan dan menetapkan hari jadi Dompu, pada hari jum’at tanggal 24 september 1545 atau bertepatan dengan tanggal 8 rajab 952 h. Adapun yang menjadi dasar pemikiran tim perumus pada saat itu yakni, bahwa pada tanggal tersebut bertepatan dengan pelantikan sultan Dompu pertama, yakni sultan syamsuddin pada tahun 1545.
Di tengah perjalanan, usulan hari jadi Dompu yang jatuh pada tanggal 24 september 1545 tersebut masih menjadi perdebatan dari berbagai pihak. Akhirnya bupati Dompu saat itu memutuskan untuk menunda penetapan hari jadi Dompu sambil menunggu dan mencari data yang lebih akurat lagi. Setelah beberapa waktu soal penetapan hari jadi Dompu tidak di bahas, datang usulan dan masukan dari berbagai kalangan masyarakat Dompu berupa konsep atau naskah sebagai bahan acuan untuk mencari dan menetapkan hari jadi Dompu.
1. Konsep m. El. Hayyat ong (h.muhammad yahya)
Mengusulkan tanggal 22 januari sebagai hari jadi Dompu, karena pada tanggal tersebut bertepatan dengan pemindahan kerangka jenazah sultan muhammad sirajuddin ( sultan manuru kupa ) dari kupang ntt ke kabupaten Dompu .
2. Konsep h.m. Djafar ahmad.
Mengusulkan tanggal 12 september 1545 dan tanggal 12 september 1947, dasar pemikiran usulan tersebut yakni bertepatan dengan residen timur dan daerah taklukannya menetapkan Dompu berpemerintahan sendiri sebagai zelfbestur, sedangkan tahun 1545 dilantiknya sultan syamsuddin sebagai sultan pertama Dompu.
3. Konsep drs. M. Ilyas salman dan kawan-kawan.
Tim ini tidak menetapkan tanggal, bulan dan tahun, melainkan hanya mengutarakan beberapa kejadian / peristiwa sejarah penting sebagai alternatif untuk dipilih sebagai hari jadi Dompu yaitu :
A. Tahun 1360 pengucapan sumpah palapa oleh gajah mada yang mempersatukan semua wilayah nusantara dibawah
kekuasaan kerajaan majapahit.
B. Tanggal 5 mei 1667 penandatanganan perjanjian bongaya antara sultan goa, yaitu sultan hasanuddin dengan voc, bahwa makasar harus melepaskan kekuasaan politiknya terhadap pulau sumbawa termasuk Dompu
C. Tanggal 10 0ktober 1674, surat resmi pertama raja Dompu kepada jenderal voc di batavia, memuat kunjungan resmi kapten maros sebagai utusan voc.
D. Tanggal 22 juli 1675 kontrak antara kerajaan sumbawa,Dompu dan tambora tentang batas wilayah.
E. Tanggal 30 september 1748, penandatanganan kontrak perbatasan antara kerajaan Dompu dan tambora;
F. Tanggal 9 juli 1792, perjanjian politik kontrak adat, antara rakyat dan raja tentang kewajiban dan hak kedua belah pihak;
G. Tanggal 27 desember 1822, muncul resolusi resmi yang dikeluarkan oleh pemerintahan hindia belanda yang memuat pengaturan bahwa raja Dompu memiliki kekuasaan di samping sultan bima.
Beberapa tahun kemudian tampaknya pengungkapan hari jadi Dompu yang belum rampung itupun, sepertinya menjadi tanggung jawab bagi pemerintahan h. Abubakar ahmad saat itu.
Akhirnya bupati Dompu mempunyai gagasan untuk meminta bantuan kepada salah seorang ahli sejarah nasional asal Dompu yang tinggal di bandung, yakni prof. Dr. Helyus syamsuddin, phd (guru besar pada ikip bandung). Prof. Dr. Helyus syamsuddin, hadir ke Dompu sekaligus di gelar kegiatan seminar bersama tim perumus hari jadi Dompu yang saat itu dipimpin ketua komisi `e` dprd Dompu h. Yusuf djamaluddin, membahas soal penetapan hari jadi Dompu di gedung dprd Dompu pada hari jum’at tanggal 18 juni 2004.
Melalui seminar yang dihadiri oleh bupati Dompu dan sejumlah toga, toma, tokoh pemuda, tokoh wanita serta dari berbagai komponen masyarakat. Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang akhirnya pada hari sabtu tanggal 19 juni 2004, dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten Dompu menyetujui penetapan hari jadi Dompu jatuh pada hari selasa tanggal 11 april 1815 atau bertepatan dengan tahun islam yakni, 1 jumadil awal 1230 h. Keputusan tersebut selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah (perda) nomor 18 tanggal 19 juni 2004.
Dalam makalahnya yang berjudul ”hari jadi daerah Dompu sebuah usul alternatif” dipaparkan antara lain bahwa, ada ilustrasi sejarah indonesia, mungkin bermanfaat untuk ditambahkan bahwa peristiwa bencana alam, politik atau peperangan dapat saja dijadikan patokan-patokan sejarah yang amat penting. Dalam sejarah indonesia di jawa misalnya, malapetaka yang ditimbulkan oleh letusan dahsyat gunung merapi di jawa tengah, telah memaksa pusat pemerintahan mataram kuno (hindu) pindah dari jawa tengah ke jawa timur pada sekitar abad ke-10.
Analogi dengan itu, ketika menggambarkan malapeta yang menimpa daerah Dompu – bima mengutip tulisan j.olivier (1816), bahwa keterangan terakhir memberikan kunci kepada kita, bahwa mengapa istana Dompu yang dahulu, semula berada di bata (istana doro bata)?, jawabannya karena tertimbun abu dan tidak bisa lagi di diami / di huni, lalu di tinggalkan.
Jadi istana bata dulu merupakan sebuah situs sejarah penting di Dompu, yaitu situs istana tua Dompu (asi ntoi) yang letaknya di selatan sorina’e (sekarang kelurahan kandai satu kecamatan Dompu) yang kemudian di pindahkan kesebelah utara sungai. Disinilah selanjutnya di dirikan istana baru (asi bou) letaknya dulu dilokasi masjid raya sekarang (masjid agung baiturrahman Dompu).
Letusan gunung tambora yang memaksa ini semua terjadi. Perpindahan istana lama ke istana baru, pemerintahan pindah dari selatan sungai kesebelah utara sungai (sori na’e). Apakah ini tidak merupakan suatu simbol kelahiran baru pemerintahan, meskipun sultan Dompu yang memerintah saat itu masih sultan abdul rasul (1808 – 1840).
Jadi kita melihat ada perubahan dan keberlanjutan. Sultan inilah yang mendapat gelar ”sultan ma ntau bata bou”
Yang kedua, dengan meletusnya gunung tambora maka 3 kerajaan sekitar tambora luluh lantah yakni, kerajaan tambora, kerajaan pekat dan kerajaan sanggar yang menyisakan penduduknya tinggal 200 orang saja.
Tanah yang tidak berpenduduk dari kerajaan pekat dan sebagian kerajaan tambora dikuasai sultan Dompu untuk memperluas wilayahnya. Jadi dengan dua alasan tersebut yaitu, pindahnya asi ntoi ke asi bou serta perluasan wilayah kesultanan dengan masuknya kerajaan pekat dan tambora, merupakan dasar pertimbangan demografis – sosiologis.
Dompu, karena malapetaka tersebut, dalam perjalanan waktu puluhan bahkan ratusan tahun, kemudian Dompu terpaksa menerima imigrasi penduduk dari kerajaan sekitarnya, khususnya dari wilayah kerajaan bima (mbojo). Terbentuklah komunitas-komunitas bima di Dompu. Atas persetujuan sultan Dompu dan bima di datangkanlah rakyat kolonisasi (pembojong) dari bima dengan syarat bahwa rakyat itu menjadi rakyat kerajaan Dompu. Karena itu bertambah jumlah kampung dan jiwa di Dompu seperti : kampung bolonduru, bolo baka, monta baru, rasana’e, buncu, dan lain-lainnya.
Bagaimanapun juga ada hukum sejarah, bahwa sejarah itu adalah rangkaian dinamis dan dialogis antara keberlanjutan dan perubahan.
Dompu ntoi sebelum tambora meletus dan Dompu bou setelah tambora meletus adalah Dompu yang satu itu juga. Yang jelas saat ini, Dompu sudah mempunyai lambang jati diri sebagai sebuah wilayah otonomi seperti daerah-daerah lainnya yang ada di indonesia.
Setelah sekian tahun mendambakan hari jadinya, dengan segala upaya dan kerja keras dari seluruh komponen masyarakat yang ada di Dompu, kini Dompu telah menemukan jati dirinya yang sebenarnya. Dengan telah di tetapkan hari jadi Dompu tanggal 11 april 1815 atau bertepatan dengan 1 jumadil awal 1230 h, melalui peraturan daerah kabupaten Dompu nomor 18 tanggal 19 bulan juni 2004.
Dengan telah di tetapkannya hari jadi Dompu ini di harapkan agar supaya dapat lebih memacu dan memotivasi bagi seluruh masyarakat Dompu dalam membangun daerahnya yang bermotto ”nggahi rawi pahu” (satunya kata dengan perbuatan).(*).
Berbicara soal sejarah lahirnya sebuah daerah, adalah sesuatu yang menarik. Demikian pula sejarah lahirnya hari jadi Dompu, sudah sering dibicarakan oleh berbagai kalangan, baik melalui rapat, seminar, diskusi maupun lewat media masa. Penetapan hari jadi Dompu dimulai sejak pemerintahan bupati Dompu drs. H. Umar yusuf, msc sejak tahun 1989 / 1994 hingga periode pertama pemerintahan bupati Dompu h.abubakar ahmad, sh tahun 2000 – 2005.1. Periode pemerintahan bupati Dompu drs. H. Umar yusuf. M.sc (1989 – 1994).Pada periode tersebut sudah mulai dibicarakan secara serius tentang perlunya mencari dan menetapkan hari jadi Dompu. Maka berbagai pihak telah menyepakati dan menetapkan tanggal 12 september 1947 sebagai hari jadi Dompu. Kesepakatan dan penetapan tersebut, berdasarkan suatu penilaian, bahwa tanggal 12 september 1947 merupakan saat pengangkatan sultan Dompu terakhir, yaitu sultan m. Tajul arifin sirajuddin, sebagai kepala daerah swapraja, oleh berbagai kalangan dapat dipandang sebagai tonggak sejarah, namun masih diperdebatkan oleh banyak pihak, walaupun sudah sempat diperingati untuk pertama kalinya pada tanggal 12 september 1993,namun penetapan hari jadi Dompu tanggal 12 september 1947 mentah kembali.2.
Periode i pemerintahan bupati Dompu h. Abubakar ahmad, sh (2000 – 2005).Pada periode ini penelusuran, dan pembahasan hari jadi Dompu diungkap kembali. Pada hari rabu tanggal 15 agustus 2001 di gedung sama ngawa Dompu diadakan seminar sehari diikuti oleh berbagai kalangan masayarakat (birokrat, tomas, toga, tokoh pemuda ) baik yang ada di Dompu maupun yang ada diluar Dompu dengan tujuan mencari, menelusuri , merumuskan dan menetapkan hari jadi Dompu.Melalui keputusan bupati Dompu nomor 172 tahun 2001 membentuk tim perumus hari jadi Dompu. Tim bekerja dengan menggali berbagai dokumen dan mendengarkan berbagai informasi, telah merumuskan dan menetapkan hari jadi Dompu, pada hari jum’at tanggal 24 september 1545 atau bertepatan dengan tanggal 8 rajab 952 h. Adapun yang menjadi dasar pemikiran tim perumus pada saat itu yakni, bahwa pada tanggal tersebut bertepatan dengan pelantikan sultan Dompu pertama, yakni sultan syamsuddin pada tahun 1545.Di tengah perjalanan, usulan hari jadi Dompu yang jatuh pada tanggal 24 september 1545 tersebut masih menjadi perdebatan dari berbagai pihak. Akhirnya bupati Dompu saat itu memutuskan untuk menunda penetapan hari jadi Dompu sambil menunggu dan mencari data yang lebih akurat lagi. Setelah beberapa waktu soal penetapan hari jadi Dompu tidak di bahas, datang usulan dan masukan dari berbagai kalangan masyarakat Dompu berupa konsep atau naskah sebagai bahan acuan untuk mencari dan menetapkan hari jadi Dompu.1. Konsep m. El. Hayyat ong (h.muhammad yahya)Mengusulkan tanggal 22 januari sebagai hari jadi Dompu, karena pada tanggal tersebut bertepatan dengan pemindahan kerangka jenazah sultan muhammad sirajuddin ( sultan manuru kupa ) dari kupang ntt ke kabupaten Dompu .2. Konsep h.m. Djafar ahmad.Mengusulkan tanggal 12 september 1545 dan tanggal 12 september 1947, dasar pemikiran usulan tersebut yakni bertepatan dengan residen timur dan daerah taklukannya menetapkan Dompu berpemerintahan sendiri sebagai zelfbestur, sedangkan tahun 1545 dilantiknya sultan syamsuddin sebagai sultan pertama Dompu.3. Konsep drs. M. Ilyas salman dan kawan-kawan.Tim ini tidak menetapkan tanggal, bulan dan tahun, melainkan hanya mengutarakan beberapa kejadian / peristiwa sejarah penting sebagai alternatif untuk dipilih sebagai hari jadi Dompu yaitu :A. Tahun 1360 pengucapan sumpah palapa oleh gajah mada yang mempersatukan semua wilayah nusantara dibawah kekuasaan kerajaan majapahit.B. Tanggal 5 mei 1667 penandatanganan perjanjian bongaya antara sultan goa, yaitu sultan hasanuddin dengan voc, bahwa makasar harus melepaskan kekuasaan politiknya terhadap pulau sumbawa termasuk DompuC. Tanggal 10 0ktober 1674, surat resmi pertama raja Dompu kepada jenderal voc di batavia, memuat kunjungan resmi kapten maros sebagai utusan voc.D. Tanggal 22 juli 1675 kontrak antara kerajaan sumbawa,Dompu dan tambora tentang batas wilayah.E. Tanggal 30 september 1748, penandatanganan kontrak perbatasan antara kerajaan Dompu dan tambora;F. Tanggal 9 juli 1792, perjanjian politik kontrak adat, antara rakyat dan raja tentang kewajiban dan hak kedua belah pihak;G. Tanggal 27 desember 1822, muncul resolusi resmi yang dikeluarkan oleh pemerintahan hindia belanda yang memuat pengaturan bahwa raja Dompu memiliki kekuasaan di samping sultan bima.Beberapa tahun kemudian tampaknya pengungkapan hari jadi Dompu yang belum rampung itupun, sepertinya menjadi tanggung jawab bagi pemerintahan h. Abubakar ahmad saat itu.Akhirnya bupati Dompu mempunyai gagasan untuk meminta bantuan kepada salah seorang ahli sejarah nasional asal Dompu yang tinggal di bandung, yakni prof. Dr. Helyus syamsuddin, phd (guru besar pada ikip bandung). Prof. Dr. Helyus syamsuddin, hadir ke Dompu sekaligus di gelar kegiatan seminar bersama tim perumus hari jadi Dompu yang saat itu dipimpin ketua komisi `e` dprd Dompu h. Yusuf djamaluddin, membahas soal penetapan hari jadi Dompu di gedung dprd Dompu pada hari jum’at tanggal 18 juni 2004.Melalui seminar yang dihadiri oleh bupati Dompu dan sejumlah toga, toma, tokoh pemuda, tokoh wanita serta dari berbagai komponen masyarakat. Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang akhirnya pada hari sabtu tanggal 19 juni 2004, dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten Dompu menyetujui penetapan hari jadi Dompu jatuh pada hari selasa tanggal 11 april 1815 atau bertepatan dengan tahun islam yakni, 1 jumadil awal 1230 h. Keputusan tersebut selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah (perda) nomor 18 tanggal 19 juni 2004.Dalam makalahnya yang berjudul ”hari jadi daerah Dompu sebuah usul alternatif” dipaparkan antara lain bahwa, ada ilustrasi sejarah indonesia, mungkin bermanfaat untuk ditambahkan bahwa peristiwa bencana alam, politik atau peperangan dapat saja dijadikan patokan-patokan sejarah yang amat penting. Dalam sejarah indonesia di jawa misalnya, malapetaka yang ditimbulkan oleh letusan dahsyat gunung merapi di jawa tengah, telah memaksa pusat pemerintahan mataram kuno (hindu) pindah dari jawa tengah ke jawa timur pada sekitar abad ke-10.Analogi dengan itu, ketika menggambarkan malapeta yang menimpa daerah Dompu – bima mengutip tulisan j.olivier (1816), bahwa keterangan terakhir memberikan kunci kepada kita, bahwa mengapa istana Dompu yang dahulu, semula berada di bata (istana doro bata)?, jawabannya karena tertimbun abu dan tidak bisa lagi di diami / di huni, lalu di tinggalkan.Jadi istana bata dulu merupakan sebuah situs sejarah penting di Dompu, yaitu situs istana tua Dompu (asi ntoi) yang letaknya di selatan sorina’e (sekarang kelurahan kandai satu kecamatan Dompu) yang kemudian di pindahkan kesebelah utara sungai. Disinilah selanjutnya di dirikan istana baru (asi bou) letaknya dulu dilokasi masjid raya sekarang (masjid agung baiturrahman Dompu).Letusan gunung tambora yang memaksa ini semua terjadi. Perpindahan istana lama ke istana baru, pemerintahan pindah dari selatan sungai kesebelah utara sungai (sori na’e). Apakah ini tidak merupakan suatu simbol kelahiran baru pemerintahan, meskipun sultan Dompu yang memerintah saat itu masih sultan abdul rasul (1808 – 1840).Jadi kita melihat ada perubahan dan keberlanjutan. Sultan inilah yang mendapat gelar ”sultan ma ntau bata bou”Yang kedua, dengan meletusnya gunung tambora maka 3 kerajaan sekitar tambora luluh lantah yakni, kerajaan tambora, kerajaan pekat dan kerajaan sanggar yang menyisakan penduduknya tinggal 200 orang saja.Tanah yang tidak berpenduduk dari kerajaan pekat dan sebagian kerajaan tambora dikuasai sultan Dompu untuk memperluas wilayahnya. Jadi dengan dua alasan tersebut yaitu, pindahnya asi ntoi ke asi bou serta perluasan wilayah kesultanan dengan masuknya kerajaan pekat dan tambora, merupakan dasar pertimbangan demografis – sosiologis.Dompu, karena malapetaka tersebut, dalam perjalanan waktu puluhan bahkan ratusan tahun, kemudian Dompu terpaksa menerima imigrasi penduduk dari kerajaan sekitarnya, khususnya dari wilayah kerajaan bima (mbojo). Terbentuklah komunitas-komunitas bima di Dompu. Atas persetujuan sultan Dompu dan bima di datangkanlah rakyat kolonisasi (pembojong) dari bima dengan syarat bahwa rakyat itu menjadi rakyat kerajaan Dompu. Karena itu bertambah jumlah kampung dan jiwa di Dompu seperti : kampung bolonduru, bolo baka, monta baru, rasana’e, buncu, dan lain-lainnya.Bagaimanapun juga ada hukum sejarah, bahwa sejarah itu adalah rangkaian dinamis dan dialogis antara keberlanjutan dan perubahan.Dompu ntoi sebelum tambora meletus dan Dompu bou setelah tambora meletus adalah Dompu yang satu itu juga. Yang jelas saat ini, Dompu sudah mempunyai lambang jati diri sebagai sebuah wilayah otonomi seperti daerah-daerah lainnya yang ada di indonesia.Setelah sekian tahun mendambakan hari jadinya, dengan segala upaya dan kerja keras dari seluruh komponen masyarakat yang ada di Dompu, kini Dompu telah menemukan jati dirinya yang sebenarnya. Dengan telah di tetapkan hari jadi Dompu tanggal 11 april 1815 atau bertepatan dengan 1 jumadil awal 1230 h, melalui peraturan daerah kabupaten Dompu nomor 18 tanggal 19 bulan juni 2004.Dengan telah di tetapkannya hari jadi Dompu ini di harapkan agar supaya dapat lebih memacu dan memotivasi bagi seluruh masyarakat Dompu dalam membangun daerahnya yang bermotto ”nggahi rawi pahu” (satunya kata dengan perbuatan).(*).

Rabu, 13 Maret 2013

Internet Bukan Cuma Facebook Doang

Kurang lebih sudah dua tahun ini demam intenet di Kabupaten Dompu sudah terasa sangat mewarnai kehidupan di Kabupaten Dompu, warnet tumbuh subur bagai jamur di musim hujan tak ayal hampir setiap hari tak pernah sepi dari pengunjung/pengguna internet ada yang sekedar update status di facebook atau hanya main game online
Kehidupan Online sepertinya sudah masuk dan menjadi gaya hidup bagi masyarakat Dompu, di sana sini para remaja sibuk menanyakan apa nama akun Facebookmu..? sepertinya kalau tidak punya akun di facebook akan di cap sebagai remaja ketinggalan jaman alias DOU KAMPO (orang kampung).
Banyak remaja rela berjam-jam di depan komputer atau Hp haya untuk Update status facebook ...selamat pagi semua, hari ini badanku terasa kaku, aku berhasil pipis di kasur,,,,dan masih banyak status-status facebook lainnya. yang hanya membuang waktu kalau kita mau belajar dan berusah untuk merubah sebenarnya masih ada fungsi lain dari internet selain dari facebook yaitu membuat Blog. lewat blog kita bisa menuangkan ide, pikiran cerita dan informasi lewat blog ide, cerita yang kita tulis akan di baca oleh pengguna di seluruh dunia namun sangat sedikit sekali orang yang paham mengenai internet.
Semoga di Kabupaten Dompu Muncul Bloger-bloger muda yang penuh inspirasi guna memajukan kabupaten kita sehingga kita jauh dari kata TERTINGGAL..

Senin, 11 Maret 2013

isteri yang menyejukkan hati

Istri yang Menyejukkan Hati

 
 
 
 
 
 
21 Votes

Sebaris kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi seorang istri yang ingin menjadi perhiasan terindah dunia dan bidadarinya akhirat  yaitu wanita shalihah. Semoga melalui kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi seseorang yang mendambakan keluarga sakinah mawadah wa rahmah yang diridhai oleh Allah  ‘Azza wa jalla
Ia menceritakan pengalamannya:
“Ketika aku menikahi Zainab binti Hudair aku berkata dalam hati: Aku telah menikah dengan seorang wanita Arab yang paling keras dan paling kaku tabiatnya. Aku teringat tabiat wanita-wanita bani Tamim dan kerasnya hati mereka. Aku berkeinginan untuk menceraikannya. Kemudian aku berkata (dalam hati): “Aku pergauli dulu (yaitu menikah dan berhubungan dengannya), jika aku dapati apa yang aku suka, aku tahan ia. Dan jika tidak, aku ceraikan ia.”
Kemudian datanglah wanita-wanita bani Tamim mengantarkannya. Dan setelah ditempatkan dalam rumah, aku berkata, “Wahai fulanah, sesungguhnya menurut sunnah apabila seorang wanita masuk menemui suaminya hendaklah si suami shalat dua rakaat dan si istri juga shalat dua rakaat.”
Akupun bangkit mengerjakan shalat kemudian aku menoleh ke belakang ternyata ia ikut shalat di belakangku. Seusai shalat para budak-budak wanita pengiringnya datang dan mengambil pakaianku dan memakaikan padaku pakaian tidur yang telah dicelup dengan za’faran.
Dan tatkala rumah sudah kosong, aku mendekatinya dan aku ulurkan tanganku kepadanya. Ia berkata, “Tahan dulu (sabar dulu).”
Aku berkata dalam hati, “Satu malapetaka telah menimpa diriku.” (yakni musibah telah menimpa dirinya)
Lalu ia memuji Allah kemudian memanjatkan shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Aku adalah seorang wanita Arab. Demi Allah, aku tidak pernah melangkah kecuali kepada perkara yang diridhai Allah. Dan engkau adalah lelaki asing, aku tidak mengenali perilakumu (yakni aku belum mengenal tabiatmu).
Beritahulah kepadaku apa saja yang engkau suka hingga aku akan melakukannya dan apa saja yang engkau benci hingga aku bisa menghindarinya.”
Aku berkata kepadanya, “Aku suka begini dan begini (Syuraih menyebutkan satu persatu perkataan, perbuatan, makanan dan segala sesuatu yang disukainya) dan aku benci begini dan begini (Syuraih menyebutkan semua perkara yang ia benci).”
Ia berkata lagi, “Beritahukan kepadaku siapa saja anggota keluargaku yang engkau suka bila ia mengunjungimu?”
Aku (Syuraih) berkata, “Aku adalah seorang qadhi, aku tidak suka mereka (anggota keluargamu) membuatku bosan.”
Maka akupun melewati malam yang paling indah, dan aku tidur tiga malam bersamanya. Kemudian aku keluar menuju majelis qadha’, dan aku tidak melewati satu hari melainkan hari itu lebih baik daripada hari sebelumnya.
Tibalah waktu kunjungan mertua.
Yaitu genap satu tahun (setelah berumah tangga).
Aku masuk ke dalam rumahku. Aku dapati seorang wanita tua sedang menyuruh dan melarang.
Aku bertanya, “Hai Zainab, siapakah wanita ini?”
Istriku menjawab, “Ia adalah ibuku.”
“Marhaban”, sahutku.
Ia (ibu mertua) berkata, “Bagaimana keadaanmu hai Abu Umayyah?”
Alhamdulillah baik-baik saja”, jawabku.
“Bagaimana keadaan istrimu?” Tanyanya.
Aku menjawab, “Istri yang paling baik dan teman yang paling cocok. Ia mendidik dengan baik dan membimbing adab dengan baik pula.”
Ia berkata, “Sesungguhnya seorang wanita tidak akan terlihat dalam kondisi yang paling buruk tabiatnya kecuali pada dua keadaan: Apabila sudah punya kedudukan di sisi suaminya dan apabila telah melahirkan anak. Apabila engkau melihat sesuatu yang tak mengenakkan padanya pukul saja. Karena, tidaklah kaum lelaki memperoleh sesuatu yang lebih buruk dalam rumahnya selain wanita warhaa’ (yaitu wanita yang tidak punya kepandaian dalam melakukan tugasnya).
Syuraih berkata, “Ibu mertuaku datang setiap tahun sekali kemudian ia pergi sesudah bertanya kepadaku tentang apa yang engkau sukai dari kunjungan keluarga istrimu ke rumahmu?” Aku menjawab pertanyaannya, “Sekehendak mereka!” Yaitu sesuka mereka saja.
Aku hidup bersamanya selama dua puluh tahun, aku tidak pernah sekalipun mencelanya dan aku tidak pernah marah terhadapnya.”
Dikutip dari buku Agar Suami Cemburu Padamu karya Dr. Najla’ As-Sayyid Nayil, penerbit Pustaka At-Tibyan