Berbicara soal
sejarah lahirnya sebuah daerah, adalah sesuatu yang menarik. Demikian pula
sejarah lahirnya hari jadi Dompu, sudah sering dibicarakan oleh berbagai
kalangan, baik melalui rapat, seminar, diskusi maupun lewat media masa.
Penetapan hari jadi Dompu dimulai sejak pemerintahan bupati Dompu drs. H. Umar
yusuf, msc sejak tahun 1989 / 1994 hingga periode pertama pemerintahan bupati
Dompu h.abubakar ahmad, sh tahun 2000 – 2005.
1. Periode
pemerintahan bupati Dompu drs. H. Umar yusuf. M.sc (1989 – 1994).
Pada periode
tersebut sudah mulai dibicarakan secara serius tentang perlunya mencari dan
menetapkan hari jadi Dompu. Maka berbagai pihak telah menyepakati dan
menetapkan tanggal 12 september 1947 sebagai hari jadi Dompu. Kesepakatan dan
penetapan tersebut, berdasarkan suatu penilaian, bahwa tanggal 12 september
1947 merupakan saat pengangkatan sultan Dompu terakhir, yaitu sultan m. Tajul
arifin sirajuddin, sebagai kepala daerah swapraja, oleh berbagai kalangan dapat
dipandang sebagai tonggak sejarah, namun masih diperdebatkan oleh banyak pihak,
walaupun sudah sempat diperingati untuk pertama kalinya pada tanggal 12
september 1993,namun penetapan hari jadi Dompu tanggal 12 september 1947 mentah
kembali.
2. Periode i
pemerintahan bupati Dompu h. Abubakar ahmad, sh (2000 – 2005).
Pada periode ini
penelusuran, dan pembahasan hari jadi Dompu diungkap kembali. Pada hari rabu
tanggal 15 agustus 2001 di gedung sama ngawa Dompu diadakan seminar sehari
diikuti oleh berbagai kalangan masayarakat (birokrat, tomas, toga, tokoh pemuda
) baik yang ada di Dompu maupun yang ada diluar Dompu dengan tujuan mencari,
menelusuri , merumuskan dan menetapkan hari jadi Dompu.
Melalui
keputusan bupati Dompu nomor 172 tahun 2001 membentuk tim perumus hari jadi
Dompu. Tim bekerja dengan menggali berbagai dokumen dan mendengarkan berbagai
informasi, telah merumuskan dan menetapkan hari jadi Dompu, pada hari jum’at
tanggal 24 september 1545 atau bertepatan dengan tanggal 8 rajab 952 h. Adapun
yang menjadi dasar pemikiran tim perumus pada saat itu yakni, bahwa pada
tanggal tersebut bertepatan dengan pelantikan sultan Dompu pertama, yakni
sultan syamsuddin pada tahun 1545.
Di tengah
perjalanan, usulan hari jadi Dompu yang jatuh pada tanggal 24 september 1545
tersebut masih menjadi perdebatan dari berbagai pihak. Akhirnya bupati Dompu
saat itu memutuskan untuk menunda penetapan hari jadi Dompu sambil menunggu dan
mencari data yang lebih akurat lagi. Setelah beberapa waktu soal penetapan hari
jadi Dompu tidak di bahas, datang usulan dan masukan dari berbagai kalangan
masyarakat Dompu berupa konsep atau naskah sebagai bahan acuan untuk mencari
dan menetapkan hari jadi Dompu.
1. Konsep m. El.
Hayyat ong (h.muhammad yahya)
Mengusulkan
tanggal 22 januari sebagai hari jadi Dompu, karena pada tanggal tersebut
bertepatan dengan pemindahan kerangka jenazah sultan muhammad sirajuddin (
sultan manuru kupa ) dari kupang ntt ke kabupaten Dompu .
2. Konsep h.m.
Djafar ahmad.
Mengusulkan
tanggal 12 september 1545 dan tanggal 12 september 1947, dasar pemikiran usulan
tersebut yakni bertepatan dengan residen timur dan daerah taklukannya
menetapkan Dompu berpemerintahan sendiri sebagai zelfbestur, sedangkan tahun
1545 dilantiknya sultan syamsuddin sebagai sultan pertama Dompu.
3. Konsep drs.
M. Ilyas salman dan kawan-kawan.
Tim ini tidak
menetapkan tanggal, bulan dan tahun, melainkan hanya mengutarakan beberapa
kejadian / peristiwa sejarah penting sebagai alternatif untuk dipilih sebagai
hari jadi Dompu yaitu :
A. Tahun 1360 pengucapan sumpah
palapa oleh gajah mada yang mempersatukan semua wilayah nusantara dibawah
kekuasaan kerajaan majapahit.
kekuasaan kerajaan majapahit.
B. Tanggal 5 mei
1667 penandatanganan perjanjian bongaya antara sultan goa, yaitu sultan
hasanuddin dengan voc, bahwa makasar harus melepaskan kekuasaan politiknya
terhadap pulau sumbawa termasuk Dompu
C. Tanggal 10
0ktober 1674, surat resmi pertama raja Dompu kepada jenderal voc di batavia,
memuat kunjungan resmi kapten maros sebagai utusan voc.
D. Tanggal 22
juli 1675 kontrak antara kerajaan sumbawa,Dompu dan tambora tentang batas
wilayah.
E. Tanggal 30
september 1748, penandatanganan kontrak perbatasan antara kerajaan Dompu dan
tambora;
F. Tanggal 9
juli 1792, perjanjian politik kontrak adat, antara rakyat dan raja tentang
kewajiban dan hak kedua belah pihak;
G. Tanggal 27
desember 1822, muncul resolusi resmi yang dikeluarkan oleh pemerintahan hindia
belanda yang memuat pengaturan bahwa raja Dompu memiliki kekuasaan di samping
sultan bima.
Beberapa tahun
kemudian tampaknya pengungkapan hari jadi Dompu yang belum rampung itupun,
sepertinya menjadi tanggung jawab bagi pemerintahan h. Abubakar ahmad saat itu.
Akhirnya bupati Dompu mempunyai
gagasan untuk meminta bantuan kepada salah seorang ahli sejarah nasional asal
Dompu yang tinggal di bandung, yakni prof. Dr. Helyus syamsuddin, phd (guru
besar pada ikip bandung). Prof. Dr. Helyus syamsuddin, hadir ke Dompu sekaligus
di gelar kegiatan seminar bersama tim perumus hari jadi Dompu yang saat itu
dipimpin ketua komisi `e` dprd Dompu h. Yusuf djamaluddin, membahas soal
penetapan hari jadi Dompu di gedung dprd Dompu pada hari jum’at tanggal 18 juni
2004.
Melalui seminar yang dihadiri
oleh bupati Dompu dan sejumlah toga, toma, tokoh pemuda, tokoh wanita serta
dari berbagai komponen masyarakat. Setelah melalui pembahasan yang cukup
panjang akhirnya pada hari sabtu tanggal 19 juni 2004, dewan perwakilan rakyat
daerah kabupaten Dompu menyetujui penetapan hari jadi Dompu jatuh pada hari
selasa tanggal 11 april 1815 atau bertepatan dengan tahun islam yakni, 1
jumadil awal 1230 h. Keputusan tersebut selanjutnya dituangkan dalam peraturan
daerah (perda) nomor 18 tanggal 19 juni 2004.
Dalam makalahnya yang berjudul
”hari jadi daerah Dompu sebuah usul alternatif” dipaparkan antara lain bahwa,
ada ilustrasi sejarah indonesia, mungkin bermanfaat untuk ditambahkan bahwa
peristiwa bencana alam, politik atau peperangan dapat saja dijadikan
patokan-patokan sejarah yang amat penting. Dalam sejarah indonesia di jawa
misalnya, malapetaka yang ditimbulkan oleh letusan dahsyat gunung merapi di
jawa tengah, telah memaksa pusat pemerintahan mataram kuno (hindu) pindah dari
jawa tengah ke jawa timur pada sekitar abad ke-10.
Analogi dengan
itu, ketika menggambarkan malapeta yang menimpa daerah Dompu – bima mengutip
tulisan j.olivier (1816), bahwa keterangan terakhir memberikan kunci kepada
kita, bahwa mengapa istana Dompu yang dahulu, semula berada di bata (istana
doro bata)?, jawabannya karena tertimbun abu dan tidak bisa lagi di diami / di
huni, lalu di tinggalkan.
Jadi istana bata dulu merupakan
sebuah situs sejarah penting di Dompu, yaitu situs istana tua Dompu (asi ntoi)
yang letaknya di selatan sorina’e (sekarang kelurahan kandai satu kecamatan
Dompu) yang kemudian di pindahkan kesebelah utara sungai. Disinilah selanjutnya
di dirikan istana baru (asi bou) letaknya dulu dilokasi masjid raya sekarang
(masjid agung baiturrahman Dompu).
Letusan gunung
tambora yang memaksa ini semua terjadi. Perpindahan istana lama ke istana baru,
pemerintahan pindah dari selatan sungai kesebelah utara sungai (sori na’e).
Apakah ini tidak merupakan suatu simbol kelahiran baru pemerintahan, meskipun sultan
Dompu yang memerintah saat itu masih sultan abdul rasul (1808 – 1840).
Jadi kita
melihat ada perubahan dan keberlanjutan. Sultan inilah yang mendapat gelar
”sultan ma ntau bata bou”
Yang kedua,
dengan meletusnya gunung tambora maka 3 kerajaan sekitar tambora luluh lantah
yakni, kerajaan tambora, kerajaan pekat dan kerajaan sanggar yang menyisakan
penduduknya tinggal 200 orang saja.
Tanah yang tidak
berpenduduk dari kerajaan pekat dan sebagian kerajaan tambora dikuasai sultan
Dompu untuk memperluas wilayahnya. Jadi dengan dua alasan tersebut yaitu,
pindahnya asi ntoi ke asi bou serta perluasan wilayah kesultanan dengan
masuknya kerajaan pekat dan tambora, merupakan dasar pertimbangan demografis –
sosiologis.
Dompu, karena
malapetaka tersebut, dalam perjalanan waktu puluhan bahkan ratusan tahun,
kemudian Dompu terpaksa menerima imigrasi penduduk dari kerajaan sekitarnya,
khususnya dari wilayah kerajaan bima (mbojo). Terbentuklah komunitas-komunitas
bima di Dompu. Atas persetujuan sultan Dompu dan bima di datangkanlah rakyat
kolonisasi (pembojong) dari bima dengan syarat bahwa rakyat itu menjadi rakyat
kerajaan Dompu. Karena itu bertambah jumlah kampung dan jiwa di Dompu seperti :
kampung bolonduru, bolo baka, monta baru, rasana’e, buncu, dan lain-lainnya.
Bagaimanapun
juga ada hukum sejarah, bahwa sejarah itu adalah rangkaian dinamis dan dialogis
antara keberlanjutan dan perubahan.
Dompu ntoi
sebelum tambora meletus dan Dompu bou setelah tambora meletus adalah Dompu yang
satu itu juga. Yang jelas saat ini, Dompu sudah mempunyai lambang jati diri
sebagai sebuah wilayah otonomi seperti daerah-daerah lainnya yang ada di
indonesia.
Setelah sekian
tahun mendambakan hari jadinya, dengan segala upaya dan kerja keras dari
seluruh komponen masyarakat yang ada di Dompu, kini Dompu telah menemukan jati
dirinya yang sebenarnya. Dengan telah di tetapkan hari jadi Dompu tanggal 11
april 1815 atau bertepatan dengan 1 jumadil awal 1230 h, melalui peraturan
daerah kabupaten Dompu nomor 18 tanggal 19 bulan juni 2004.
Dengan telah di
tetapkannya hari jadi Dompu ini di harapkan agar supaya dapat lebih memacu dan
memotivasi bagi seluruh masyarakat Dompu dalam membangun daerahnya yang
bermotto ”nggahi rawi pahu” (satunya kata dengan perbuatan).(*).
Berbicara soal sejarah lahirnya sebuah
daerah, adalah sesuatu yang menarik. Demikian pula sejarah lahirnya hari jadi
Dompu, sudah sering dibicarakan oleh berbagai kalangan, baik melalui rapat,
seminar, diskusi maupun lewat media masa. Penetapan hari jadi Dompu dimulai
sejak pemerintahan bupati Dompu drs. H. Umar yusuf, msc sejak tahun 1989 / 1994
hingga periode pertama pemerintahan bupati Dompu h.abubakar ahmad, sh tahun
2000 – 2005.1. Periode pemerintahan bupati Dompu drs. H. Umar yusuf. M.sc (1989
– 1994).Pada periode tersebut sudah mulai dibicarakan secara serius tentang
perlunya mencari dan menetapkan hari jadi Dompu. Maka berbagai pihak telah
menyepakati dan menetapkan tanggal 12 september 1947 sebagai hari jadi Dompu.
Kesepakatan dan penetapan tersebut, berdasarkan suatu penilaian, bahwa tanggal
12 september 1947 merupakan saat pengangkatan sultan Dompu terakhir, yaitu
sultan m. Tajul arifin sirajuddin, sebagai kepala daerah swapraja, oleh
berbagai kalangan dapat dipandang sebagai tonggak sejarah, namun masih
diperdebatkan oleh banyak pihak, walaupun sudah sempat diperingati untuk
pertama kalinya pada tanggal 12 september 1993,namun penetapan hari jadi Dompu
tanggal 12 september 1947 mentah kembali.2.
Periode i pemerintahan bupati
Dompu h. Abubakar ahmad, sh (2000 – 2005).Pada periode ini penelusuran, dan
pembahasan hari jadi Dompu diungkap kembali. Pada hari rabu tanggal 15 agustus
2001 di gedung sama ngawa Dompu diadakan seminar sehari diikuti oleh berbagai
kalangan masayarakat (birokrat, tomas, toga, tokoh pemuda ) baik yang ada di Dompu
maupun yang ada diluar Dompu dengan tujuan mencari, menelusuri , merumuskan dan
menetapkan hari jadi Dompu.Melalui keputusan bupati Dompu nomor 172 tahun 2001
membentuk tim perumus hari jadi Dompu. Tim bekerja dengan menggali berbagai
dokumen dan mendengarkan berbagai informasi, telah merumuskan dan menetapkan
hari jadi Dompu, pada hari jum’at tanggal 24 september 1545 atau bertepatan
dengan tanggal 8 rajab 952 h. Adapun yang menjadi dasar pemikiran tim perumus
pada saat itu yakni, bahwa pada tanggal tersebut bertepatan dengan pelantikan
sultan Dompu pertama, yakni sultan syamsuddin pada tahun 1545.Di tengah
perjalanan, usulan hari jadi Dompu yang jatuh pada tanggal 24 september 1545
tersebut masih menjadi perdebatan dari berbagai pihak. Akhirnya bupati Dompu
saat itu memutuskan untuk menunda penetapan hari jadi Dompu sambil menunggu dan
mencari data yang lebih akurat lagi. Setelah beberapa waktu soal penetapan hari
jadi Dompu tidak di bahas, datang usulan dan masukan dari berbagai kalangan
masyarakat Dompu berupa konsep atau naskah sebagai bahan acuan untuk mencari
dan menetapkan hari jadi Dompu.1. Konsep m. El. Hayyat ong (h.muhammad
yahya)Mengusulkan tanggal 22 januari sebagai hari jadi Dompu, karena pada
tanggal tersebut bertepatan dengan pemindahan kerangka jenazah sultan muhammad
sirajuddin ( sultan manuru kupa ) dari kupang ntt ke kabupaten Dompu .2. Konsep
h.m. Djafar ahmad.Mengusulkan tanggal 12 september 1545 dan tanggal 12
september 1947, dasar pemikiran usulan tersebut yakni bertepatan dengan residen
timur dan daerah taklukannya menetapkan Dompu berpemerintahan sendiri sebagai
zelfbestur, sedangkan tahun 1545 dilantiknya sultan syamsuddin sebagai sultan
pertama Dompu.3. Konsep drs. M. Ilyas salman dan kawan-kawan.Tim ini tidak
menetapkan tanggal, bulan dan tahun, melainkan hanya mengutarakan beberapa
kejadian / peristiwa sejarah penting sebagai alternatif untuk dipilih sebagai
hari jadi Dompu yaitu :A. Tahun 1360 pengucapan sumpah palapa oleh gajah mada
yang mempersatukan semua wilayah nusantara dibawah kekuasaan kerajaan
majapahit.B. Tanggal 5 mei 1667 penandatanganan perjanjian bongaya antara
sultan goa, yaitu sultan hasanuddin dengan voc, bahwa makasar harus melepaskan
kekuasaan politiknya terhadap pulau sumbawa termasuk DompuC. Tanggal 10 0ktober
1674, surat resmi pertama raja Dompu kepada jenderal voc di batavia, memuat
kunjungan resmi kapten maros sebagai utusan voc.D. Tanggal 22 juli 1675 kontrak
antara kerajaan sumbawa,Dompu dan tambora tentang batas wilayah.E. Tanggal 30
september 1748, penandatanganan kontrak perbatasan antara kerajaan Dompu dan
tambora;F. Tanggal 9 juli 1792, perjanjian politik kontrak adat, antara rakyat
dan raja tentang kewajiban dan hak kedua belah pihak;G. Tanggal 27 desember
1822, muncul resolusi resmi yang dikeluarkan oleh pemerintahan hindia belanda
yang memuat pengaturan bahwa raja Dompu memiliki kekuasaan di samping sultan
bima.Beberapa tahun kemudian tampaknya pengungkapan hari jadi Dompu yang belum
rampung itupun, sepertinya menjadi tanggung jawab bagi pemerintahan h. Abubakar
ahmad saat itu.Akhirnya bupati Dompu mempunyai gagasan untuk meminta bantuan
kepada salah seorang ahli sejarah nasional asal Dompu yang tinggal di bandung,
yakni prof. Dr. Helyus syamsuddin, phd (guru besar pada ikip bandung). Prof.
Dr. Helyus syamsuddin, hadir ke Dompu sekaligus di gelar kegiatan seminar
bersama tim perumus hari jadi Dompu yang saat itu dipimpin ketua komisi `e`
dprd Dompu h. Yusuf djamaluddin, membahas soal penetapan hari jadi Dompu di
gedung dprd Dompu pada hari jum’at tanggal 18 juni 2004.Melalui seminar yang
dihadiri oleh bupati Dompu dan sejumlah toga, toma, tokoh pemuda, tokoh wanita
serta dari berbagai komponen masyarakat. Setelah melalui pembahasan yang cukup
panjang akhirnya pada hari sabtu tanggal 19 juni 2004, dewan perwakilan rakyat
daerah kabupaten Dompu menyetujui penetapan hari jadi Dompu jatuh pada hari
selasa tanggal 11 april 1815 atau bertepatan dengan tahun islam yakni, 1
jumadil awal 1230 h. Keputusan tersebut selanjutnya dituangkan dalam peraturan
daerah (perda) nomor 18 tanggal 19 juni 2004.Dalam makalahnya yang berjudul
”hari jadi daerah Dompu sebuah usul alternatif” dipaparkan antara lain bahwa,
ada ilustrasi sejarah indonesia, mungkin bermanfaat untuk ditambahkan bahwa
peristiwa bencana alam, politik atau peperangan dapat saja dijadikan
patokan-patokan sejarah yang amat penting. Dalam sejarah indonesia di jawa
misalnya, malapetaka yang ditimbulkan oleh letusan dahsyat gunung merapi di
jawa tengah, telah memaksa pusat pemerintahan mataram kuno (hindu) pindah dari
jawa tengah ke jawa timur pada sekitar abad ke-10.Analogi dengan itu, ketika
menggambarkan malapeta yang menimpa daerah Dompu – bima mengutip tulisan
j.olivier (1816), bahwa keterangan terakhir memberikan kunci kepada kita, bahwa
mengapa istana Dompu yang dahulu, semula berada di bata (istana doro bata)?,
jawabannya karena tertimbun abu dan tidak bisa lagi di diami / di huni, lalu di
tinggalkan.Jadi istana bata dulu merupakan sebuah situs sejarah penting di
Dompu, yaitu situs istana tua Dompu (asi ntoi) yang letaknya di selatan
sorina’e (sekarang kelurahan kandai satu kecamatan Dompu) yang kemudian di
pindahkan kesebelah utara sungai. Disinilah selanjutnya di dirikan istana baru
(asi bou) letaknya dulu dilokasi masjid raya sekarang (masjid agung baiturrahman
Dompu).Letusan gunung tambora yang memaksa ini semua terjadi. Perpindahan
istana lama ke istana baru, pemerintahan pindah dari selatan sungai kesebelah
utara sungai (sori na’e). Apakah ini tidak merupakan suatu simbol kelahiran
baru pemerintahan, meskipun sultan Dompu yang memerintah saat itu masih sultan
abdul rasul (1808 – 1840).Jadi kita melihat ada perubahan dan keberlanjutan.
Sultan inilah yang mendapat gelar ”sultan ma ntau bata bou”Yang kedua, dengan
meletusnya gunung tambora maka 3 kerajaan sekitar tambora luluh lantah yakni,
kerajaan tambora, kerajaan pekat dan kerajaan sanggar yang menyisakan
penduduknya tinggal 200 orang saja.Tanah yang tidak berpenduduk dari kerajaan
pekat dan sebagian kerajaan tambora dikuasai sultan Dompu untuk memperluas
wilayahnya. Jadi dengan dua alasan tersebut yaitu, pindahnya asi ntoi ke asi
bou serta perluasan wilayah kesultanan dengan masuknya kerajaan pekat dan
tambora, merupakan dasar pertimbangan demografis – sosiologis.Dompu, karena
malapetaka tersebut, dalam perjalanan waktu puluhan bahkan ratusan tahun,
kemudian Dompu terpaksa menerima imigrasi penduduk dari kerajaan sekitarnya,
khususnya dari wilayah kerajaan bima (mbojo). Terbentuklah komunitas-komunitas
bima di Dompu. Atas persetujuan sultan Dompu dan bima di datangkanlah rakyat
kolonisasi (pembojong) dari bima dengan syarat bahwa rakyat itu menjadi rakyat
kerajaan Dompu. Karena itu bertambah jumlah kampung dan jiwa di Dompu seperti :
kampung bolonduru, bolo baka, monta baru, rasana’e, buncu, dan lain-lainnya.Bagaimanapun
juga ada hukum sejarah, bahwa sejarah itu adalah rangkaian dinamis dan dialogis
antara keberlanjutan dan perubahan.Dompu ntoi sebelum tambora meletus dan Dompu
bou setelah tambora meletus adalah Dompu yang satu itu juga. Yang jelas saat
ini, Dompu sudah mempunyai lambang jati diri sebagai sebuah wilayah otonomi
seperti daerah-daerah lainnya yang ada di indonesia.Setelah sekian tahun
mendambakan hari jadinya, dengan segala upaya dan kerja keras dari seluruh
komponen masyarakat yang ada di Dompu, kini Dompu telah menemukan jati dirinya
yang sebenarnya. Dengan telah di tetapkan hari jadi Dompu tanggal 11 april 1815
atau bertepatan dengan 1 jumadil awal 1230 h, melalui peraturan daerah
kabupaten Dompu nomor 18 tanggal 19 bulan juni 2004.Dengan telah di tetapkannya
hari jadi Dompu ini di harapkan agar supaya dapat lebih memacu dan memotivasi
bagi seluruh masyarakat Dompu dalam membangun daerahnya yang bermotto ”nggahi
rawi pahu” (satunya kata dengan perbuatan).(*).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar